Model Investasi Lahan & Pohon Kurma Beserta Pengelolaannya
- Barony (Rony_PebisnisHijrah)
- Dec 22, 2016
- 4 min read
Siapa yang tidak senang dengan kurma? Umat muslim maupun non muslim sangat menyukai buah kurma karena cita rasa dan manfaatnya. Selama ini, kita adalah konsumen buah kurma yang diimpor dari sepuluh negara produsen kurma yaitu negara di jazirah Arab, India bahkan Amerika.
Ya... India dan Amerika... Saat ini meraka telah mampu menjadi produsen kurma yang mendunia dengan segala keterbatasan iklim di negaranya. Fakta telah menunjukkan bahwa pohon kurma dapat di tanam dan berbuah di negara yang beriklim tropis seperti Malaysia dan Thailand.Tidak hanya itu, kedua negara tropis ini telah menjadi pengekspor buah kurma yang mendunia. Lantas bagaimana dengan Indonesia yang memiliki iklim dan lahan yang lebih bagus dari kedua negara tersebut?
Kementrian Pertanian menyatakan bahwa pohon kurma dapat tumbuh di Indonesia namun tidak ekonomis jika dilakukan oleh petani. Pernyataan ini didasari oleh mahalnya harga bibit pohon kurma dan waktu produksi yang cukup lama sekitar lima hingga tujuh tahun sehingga akan sulit bagi petani untuk menjadikan tanaman kurma sebagai tanaman utama penghidupan mereka. Akan tetapi, jika ada kolaborasi syirkah antara pemilik modal, petani dan lembaga pengelolanya, hal ini akan menjadi suatu model investasi yang sangat menguntungkan.
Keberadaan Lembaga Pendidikan yang mengedepankan pembentukan moral dan spiritual secara "Gratis"
Tersedianya lahan yang belum produktif seluas 700 ha di wilayah Jonggol dengan kondisi warga yang sangat ramah namun cukup memprihatinkan menjadi suatu pemikiran bagi kami dan rekan - rekan. Penghidupan warga sekitar diperoleh dengan cara bertani, beternak dan berkebun yang hasilnya hanya cukup untuk membiayai kebutuhan hidup harian mereka.
Kondisi ini tentu sangat disayangkan jika dibandingkan dengan akses jalan dan listrik yang sudah tersedia namun belum berkembang. Dibutuhkan suatu terobosan yang dapat mengundang investor untuk membangun suatu peradaban yang berbudaya. Hal ini menjadi suatu pemikiran serius melihat semakin majunya teknologi yang harus disikapi dengan bijaksana. Oleh sebab itu, Keterlibatan lembaga pendidikan yang mengedepankan moral dan spriritual sangat dibutuhkan dalam membentuk manusia yang arif menggunakan kemajuan teknologi.
Pemikiran ini mendapat dukungan dari pemilik lahan. Mereka menghibahkan lahannya seluas 50 ha untuk digunakan sebagai infrastruktur pendidikan yang mengedepankan pembentukan moral dan spiritual namun bijaksana dan handal dalam memanfaatkan teknologi. Hingga saat ini, terdata sudah ada dua lembaga pendidikan penerima hibah lahan masing-masing seluas 1 ha, yaitu Kampus Tecnopreneur "Cyber Businees of Indonesia" yang akan menggunakan nama "Tahfiz Quran Preneur" dan pesantren "Tausiah Cinta".
Masih tersedia 48 ha lahan yang akan dihibahkan untuk lembaga pendidikan yang telah terbukti amanah dan mengedepankan pendidikan moral dan spiritual.
Model Investasi Kepemilikan Kavling, Pohon Kurma, Pengelolaan
Keberadaan lahan seluas 700 ha di lokasi yang tidak jauh dari perkotaan merupakan suatu nilai jual yang sangat bagus. Pemilik lahan tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke Kampoeng Kurma Jonggol (KKJ). Jarak lokasi ke kota Bogor dengan patokan pintu tol Baranangsiang hanya 60 km dengan waktu tempuh 1 jam 30 menit hingga 2 jam 30 menit. Ini berarti, tidak banyak waktu, tenaga dan biaya yang dibutuhkan untuk mengunjungi Kampoeng Kurma Jonggol.
Tidak hanya itu, pemandangan menuju KKJ juga sangat asri, sehingga dapat menjadi alternatif pilihan keluarga yang ingin berakhir pekan untuk menghilangkan penat dan lelah akibat tingginya polusi di perkotaan dan aktifitas yang padat.
Akan tetapi, kami memahami bahwa peminat kavling di Kampoeng Kurma Jonggol ini tidak terbatas dari warga sekitar jabodetabek saja tetapi juga dari luar kota bahkan propinsi lain. Dan kami juga sangat menyadari bahwa pemilik kavling yang tinggal di wilayah jabodetabek juga tidak punya cukup waktu dan tenaga jika harus mengelola kavling kurmanya.
Oleh sebab itu, kami membuat model Kepemilikan kavling yang ditanami pohon kurma dan sebagai pengembang kami bertanggungjawab terhadap pemeliharaan pohon kurma hingga berbuah tanpa ada biaya tambahan dari pemilik kavling. Dan ketika pohon kurma telah berbuah, kami tetap siap untuk bekerjasama dengan pemilik kavling dengan kesepakatan terpisah.
Konsep ini kami tawarkan tentu saja setelah mendapat dukungan dari aparat terkait, masyarakat sekitar serta stakeholder yang berkompeten dan amanah di bidangnya.
Perhitungan Investasi di Kampoeng Kurma Jonggol
Data di negara tetangga Malaysia dan Thailand menunjukkan waktu berbuah pohon kurma di negara tropis adalah 5 - 7 tahun dengan total buah yang dihasilkan sebesar 75 - 120 kilogram per tahun.
Jika kita asumsikan total produksi buah pertahun adalah 90 kg dengan harga terendah kurma AJWA di pasaran Rp. 400.000 hingga Rp. 500.000,- maka nilai investasi yang akan diperoleh setelah tahun ke lima adalah sebagai berikut.
90 kg buah kurma x Rp. 400.000 = Rp. 36.000.000 per tahun per pohon
Terdapat 4 pohon kurma
4 pohon x Rp. 36.000.000 = Rp. 144.000.000, - per tahun dari empat pohon
Mengapa saya mengilustrasikan total produksi 90 kg dan harga jual Rp. 400.000 bukan yang tertinggi dari masing-masing variabel tersebut? Karena diasumsikan biaya penyusutan perawatan saat pohon tersebut setelah mulai berbuah.
Apakah hanya untung dari penjualan buah kurma?
Insya allah tidak. Kami telah membuat estimasi antara kondisi jalan sebelum diperbaiki dan belum dilakukannya "land clearing" dengan kondisi jalan pasca perbaikan dan setelah "Land Clearing".
Harga yang kami tawarkan untuk kavling I "Al Fatehah" (sold out) dan kavling II "Al Baqoraoh" (hanya 200 kavling) adalah Rp. 75.000.000,- sedangkan jika jalan telah kami perbaiki dan perluas, harga akan menjadi Rp. 250.000.000, -
Penetapan harga ini ditentukan dengan membandingkan harga di lokasi sekitar, BPN dan meningkatnya peminat Investasi di Kampoeng Kurma Jonggol.
Sahabatmu,
Rony_Pebisnishijrah
Comments