top of page

Implementasi Marketing Syariah Model Rosulullah

  • Barony (Rony_Pebisnishijrah
  • Dec 28, 2016
  • 3 min read

1. Berbisnis cara Rasulullah

Nabi Muhammad SAW selain adalah pedagang, pemimpin agama sekaligus kepala negara yang sukses. Beliau memberikan contoh yang baik dalam setiap transaksi bisnisnya berupa kejujuran, adil, dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh, apalagi kecewa. Tidak hanya itu, Beliau juga selalu menepati janji dan mengantarkan barang sesuai dengan permintaan pelanggan.

Reputasinya sebagai pedagang yang benar dan jujur telah tertanam dengan baik sejak muda. Beliau selalu memperlihatkan rasa tanggung jawab terhadap setiap transaksi yang dilakukan dan meletakkan prinsip-prinsip dasar dalam melakukan transaksi dagang secara adil.


2. Rasulullah sebagai Syariah Marketer

Rahasia keberhasilan dalam perdagangan adalah sikap jujur dan adil dalam mengadakan hubungan dagang dengan para pelanggan. Dengan berpegang teguh prinsip ini, beliau telah memberi teladan untuk menjadi pedagang yang berhasil.

Siti Khadijah istri Nabi Muhammad SAW sangat senang dengan kejujuran, integritas, dan kemampuan berdagang yang dilakukan oleh rasullullah. RAsulullah telah menunjukkan cara berbisnis yang tetap berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran, dan sikap amanah serta sekaligus tetap memperoleh keuntungan yang optimal. Beliau sangat menganjurkan umatnya untuk berbisnis, karena berbisnis dapat menimbulkan kemandirian dan kesejahteraan bagi keluarga, tanpa tergantung atau menjadi beban bagi orang lain. Allah berfirman dalam QS. Al-Naba‟:11, yaitu:


“Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan”


3. Rasulullah sebagai Pedagang Profesional

Dalam transaksi bisnisnya sebagai pedagang profesional, tidak ada tawar-menawar dan pertengkaran antara beliau dan para pelanggannya. Segala permasalahan dalam perdagangan selalu diselesaikan dengan damai dan adil, tanpa ada kekhawatiran akan terjadi unsur-unsur penipuan didalamnya. Reputasi beliau sebagai pedagang yang jujur, profesional, dan terpercaya telah terbina dengan baik sejak usia muda. Beliau selalu melihatkan rasa tanggung jawab dan integritas yang besar ketika berurusan dengan orang lain dalam berbisnis. Dalam kaitan sikap profesionalisme, Rasulullah pernah mengatakan:


“Apabila urusan (manajemen) diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya” (HR. Al-Bukhari).


Di sini letak pentingnya profesionalisme dalam bisnis Islam.


4. Rasulullah Menghindari Bisnis Haram

Nabi Muhammad SAW melarang beberapa jenis perdagangan, baik karena sistemnya maupun karena ada unsur-unsur yang diharamkan di dalamnya. Memperjual-belikan benda-benda yang dilarang dalam al-Qur‟an adalah haram. Jabir menceritakan bahwa ia mendengar Rasulullah bersabda pada hari kemenangan kota mekkah


“ Allah dan Rasul-Nya telah menyatakan haram penjualan khamar, hewan dan berhala.” (HR. Muslim).


Pada kesempatan yang lain, beliau mengajarkan cara-cara yang benar dalam menjual. Misalnya beliau pernah berkata,


“Hindarilah banyak ber-sumpah ketika melakukan transaksi bisnis, sebab dapat menghasilkan sesuatu penjualan yang cepat tapi menghapuskan berkah” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).


5. Rasulullah sebagai Wirausahawan Sejati

Jiwa wirausaha atau entrepreneurship adalah salah satu kekuatan yang dikembangkan oleh Rasulullah. Sedangkan wirausaha atau entrepreneurship itu sendiri secara sederhana adalah kemampuan kita untuk menciptakan atau mendesain manfaat dari apa pun yang ada dalam diri dan lingkungan. Seorang ahli hadits, Abdur Razzaq, menyebutkan sebuah riwayat dari mu‟amar berdasarkan sumber dari Imam Zahri bahwa ketika mencapai usia dewasa, Nabi Muhammad SAW telah terbentuk menjadi seorang wirausahawan. Karena tidak punya modal sendiri, beliau pun berdagang dengan modal orang lain.

Khadijah telah menunjuknya sebagai manajer pemasaran untuk membawa barang-barang dagangannya ke pasar habsyah yang merupakan salah satu kota perdagangan terbesar saat itu. Beliau memang seorang wirausahawan sejati dan menjadi tauladan bagi umatnya dalam mengelola suatu bisnis tanpa harus memiliki modal sendiri. Beliau membuktikan bahwa dengan bermodalkan kejujuran dan integritas diri yang baik, cukup bagi seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan.


6. Rasulullah dengan Penghasilan Halal

Nabi Muhammad SAW diutus Allah SWT untuk menghapus segala sesuatu yang kotor, keji, dan gagasan-gagasan yang tidak sehat dalam masyarakat, serta memperkenalkan gagasan yang baik, murni, dan bersih di kalangan umat manusia. Al-Qur‟an memerintahkan manusia agar memakan makanan yang bersih, mengambil jalan yang suci dan sehat. Barang yang bersih berarti sehat dan diperoleh dengan cara yang halal. Beliau telah mengeluarkan perincian mengenai penghasilan - penghasilan yang diharamkan.


Pertama

“Seorang yang menghasilkan harta yang haram dan memberikan sebagian darinya tidaklah dicatat sebagai shodaqah. Jika ia membagikan sebagian darinya, ia juga tidak akan menerima berkah.”

Kedua,

“Daging yang berasal dari makanan yang haram tidak akan masuk surga. Tetapi neraka adalah lebih layak bagi semua daging yang berasal dari makanan haram.” (HR. Al-Bukhari)


Dari sini dapat dilihat betapa hati-hatinya Rasulullah dalam hal makanan yang halal. Rasulullah mewariskan tuntunan yang cukup lengkap kepada kita tentang mana-mana saja sumber nafkah yang halal. Maka, hendaklah kita termasuk orang-orang yang memedulikan sumber penghasilan kita, karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap darah dan daging yang dibesarkan dari sumber yang tidak halal.


Sahabatmu

Rony_Pebisnishijrah

Ditulis ulang dari berbagai sumber


 
 
 

Comments


Featured Posts
Recent Posts
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Black Square
  • Twitter Black Square
  • Google+ Black Square

© 2023 by Nature Org. Proudly created with Wix.com

bottom of page